TEKNIK PENULISAN ILMIAH
Pada bab ini
disajikan pedoman teknis penulisan ilmiah penelitian khusus skripsi, namun
tidak tertutup kemungkinan untuk karya ilmiah lain, seperti makalah, tesis,
atau laporan penelitian sejenis lainnya. Pedoman teknis ini meliputi:
(a) format penulisan, (b) penggunaan bahasa, (c) penulisan rujukan (referensi),
(d) penulisan kutipan, (e) pencantuman referensi dalam kutipan, (f) penulisan
kutipan hasil wawancara, (g) penulisan rujukan hasil komunikasi personal, (h) transliterasi
Arab-Indonesia, (i) penyajian tabel dan gambar, (j) penulisan daftar pustaka (referensi), (k) penjilidan, (l) petunjuk
praktis, dan (m) hal-hal yang tidak boleh dilakukan.
A.
Format
Penulisan
1.
Jenis
dan Ukuran Kertas
a.
Kertas naskah : HVS 70 gram (proposal) dan 80 gram (laporan).
b.
Kertas pembatas :
HVS/doorslag (berlogo, warna disesuaikan).
c.
Ukuran kertas :
A4 (21 x 29.7 cm).
2.
Pengetikan
a.
Dilakukan dengan software pengolah kata flatform Windows,
yakni MS Word, atau lainnya yang diperlukan, misalnya Excel, dll..
b.
Batas margin kiri dan atas 4 cm (1,5 inci), sedangkan
kanan dan bawah 3 cm (1 inci).
c.
Jenis huruf Time New Roman, font 12, kecuali sampul luar
(hard cover) dan sampul dalam (soft cover) font 12 – 16, serta font 10 untuk
footnotes.
d.
Huruf tebal (bold) digunakan untuk judul dan sub-judul
atau bab dan sub-bab, juga untuk memberi penekanan, pembedaan, dan sejenisnya.
e.
Huruf miring (italic) digunakan untuk istilah bahasa
asing atau bahasa daerah yang belum lazim digunakan, juga untuk memberi
penekanan, pembedaan, dan sejenisnya.
f.
Lebar sela ketukan (indensi) 1 cm. Indensi tab digunakan
untuk mengawali paragraf baru, sedangkan indensi gantung digunakan untuk daftar
pustaka.
g.
Awal paragraf diketik menjorok 1,2 cm. Sesudah tanda
titik, titik dua, koma, dan titik koma diberi satu ketukan kosong. Paragraf
tidak dimulai di bagian yang memuat kurang dari 3 baris.
h.
Isi halaman maksimal 26 baris (spasi ganda).
i.
Spasi bagian awal, bagian isi/inti, dan bagian akhir,
sbb.:
Bagian
|
Jenis
|
Spasi
|
Bagian
Awal
|
Halaman
sampul
|
Disesuaikan
|
Halaman
judul
|
Disesuaikan
|
|
Halaman
persetujuan pembimbing
|
Tunggal
|
|
Halaman
pengesahan penguji
|
Tunggal
|
|
Halaman
pernyataan
|
Tunggal
|
|
Kata
Pengantar
|
Ganda
|
|
Abstrak
(satu halaman, antara 150-250 kata)
|
Tunggal
|
|
Daftar Isi
|
Tunggal
|
|
Daftar
Tabel
|
Tunggal
|
|
Daftar
Gambar
|
Tunggal
|
|
Daftar
Lampiran
|
Tunggal
|
|
Bagian
Isi/inti
|
BAB I
sampai BAB terakhir
|
Ganda
|
Daftar
Pustaka
|
Tunggal*)
|
|
Bagian
Akhir
|
Lampiran-lampiran
|
Tunggal**)
|
|
|
*) Antar-referensi
dalam Daftar Pustaka digunakan spasi ganda.
**) Disesuaikan dengan bentuk/jenis lampiran.
j.
Bilangan dan Satuan
1)
Bilangan diketik dengan angka Arab/Latin, kecuali di awal
kalimat diketik dengan huruf. Contoh: Lokasi penelitian berjarak 19 km dari pusat kota. Dua belas dukuh belum teraliri listrik.
2)
Bilangan desimal ditulis dengan tanda koma. Contoh:
1.400,50.
3)
Pecahan yang berdiri sendiri ditulis dengan angka, dan
dengan huruf jika bergabung dengan bilangan bulat. Contoh: lima dua per tiga.
4)
Satuan ditulis dengan singkatan tanpa titik. Contoh: cm,
kg, Rp, dll.
k.
Judul bab diketik turun 4 spasi dari margin atas. Jarak
judul bab dengan awal teks = 4 spasi. Jarak akhir teks/sub-judul dengan awal
teks berikutnya = 3 spasi. Jarak antarparagraf = jarak antarbaris.
3.
Penomoran
Halaman
a.
Halaman bagian awal dinomori dengan angka Romawi kecil di
tengah bawah. Halaman judul tidak dinomori, tetapi tetap dihitung.
b.
Halaman bagian isi/inti (BAB I sampai Daftar Pustaka)
dinomori dengan angka Arab/Latin di
kanan atas, kecuali halaman pertama setiap bab dinomori di tengah bawah.
c.
Halaman bagian akhir yang berisi lampiran-lampiran tidak
perlu dinomori, cukup disajikan sesuai dengan urutan di Daftar Lampiran.
4.
Penomoran
Isi atau Materi Naskah
a.
Isi naskah dinomori dengan teknik angka-huruf-angka-huruf
(per bab).
Contoh:
|
B.
Penggunaan
Bahasa
Secara umum, bahasa yang
digunakan dalam karya tulis
ilmiah mengikuti Pedoman Umum EYD, Pedoman Umum Pembentukan Istilah, dan
Kamus Bahasa Indonesia (Kepmendikbud,
Nomor: 0543a/U/487, tanggal 09 September 1987).
1.
Penggunaan
Kata, Kalimat, dan Paragraf
a.
Kata-kata ataupun istilah-istilah (terminologi) yang
digunakan harus jelas dan tepat sesuai dengan maksud penulis. Kata atau istilah
asing boleh digunakan jika diperlukan atau jika tidak ada padanannya dalam
bahasa Indonesia.
b.
Bentuk “di, ke,
dari, pada” yang berfungsi sebagai awalan diketik serangkai dengan bentuk dasarnya.
Contoh: telah didata dengan …, penulis
kemukakan …, darinya diperoleh …, padahal
tidak …., dll.
c.
Sedangkan “di, ke,
dari, pada” sebagai kata depan (menyatakan tempat/asal) ditulis terpisah
dengan kata berikutnya. Contoh: di data ini
…, ke muka umum …, dari narasumber diperoleh…, pada hal-hal tertentu …, dll.
d.
Gunakan kalimat-kalimat lengkap (memiliki subjek,
predikat, dan jika perlu ada objek/keterangan), dengan struktur tidak
berbelit-belit (berputar-putar).
e.
Paragraf disusun dengan struktur ide yang runtut (tidak
ada ide yang meloncat). Struktur bentuk paragraf terdiri atas satu kalimat
topik (berisi ide pokok) dan kalimat penjelas (minimal satu), jika perlu dapat
pula disertai satu kalimat penyimpul atau penegas. Penulisannya dimulai 1,2 cm
dari margin kiri.
2.
Penggunaan
Gaya Bahasa
a.
Gunakan kalimat pasif (dengan awalan di-, ter-, atau dengan kata
ganti penulis atau peneliti).
Contoh:
1)
Pada bab ini dijelaskan
mengenai latar belakang, rumusan masalah, ….
2)
Kondisi ini telah tersaji
di bagian terdahulu, khususnya ….
3)
Berdasarkan analisis di atas dapat peneliti simpulkan bahwa ….
b.
Tidak emotif (membangkitkan emosi atau perasaan antipati
pembaca).
c.
Tidak berbunga-bunga (sekedar meluapkan perasaan
penulis).
d.
Tidak digunakan kata ganti “saya, kami, atau kita”.
e.
Batasi penggunaan kata ganti “penulis atau peneliti”.
3.
Penggunaan
Tanda Baca
a.
Tanda (.), (,), (:), (!), (?), dan (%) diketik rapat
dengan huruf yang mendahului.
b.
Tanda petik (“…”) dan tanda kurung [(…)] diketik rapat
dengan kata yang diapit.
c.
Tanda hubung (-), tanda pisah (–), dan garis miring (/)
diketik rapat dengan huruf sebelum dan sesudahnya.
d.
Tanda sama dengan (=), lebih besar (>), lebih kecil
(<), tambah (+), kurang (-), kali (x), dan bagi (:) diketik dengan satu
ketukan spasi sebelum dan sesudahnya.
e.
Tanda bagi (:) sebagai pemisah antara tahun terbit dan
nomor halaman dalam suatu rujukan diketik rapat dengan angka sebelum dan
sesudahnya.
f.
Pemenggalan kata di akhir baris diketik dengan tanda pisah
(–) sesuai dengan suku katanya.
C.
Penulisan
Rujukan (Referensi)
Rujukan adalah bahan sumber
yang dipakai untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut. Istilah lainnya disebut
acuan atau referensi. Merujuk artinya melihat atau mengacu pendapat orang lain,
dengan maksud agar diperoleh kekuatan untuk meneliti lebih lanjut. Ada 2 cara menulis
rujukan, yakni melalui running notes dan footnotes.
1.
Running Notes
Running notes (catatan
berjalan) adalah penyebutan referensi di dalam teks utama. Istilah lainnya adalah
innotes (catatan di tubuh teks utama).
a.
Running
notes atau innotes dapat
ditulis dengan dua model format:
Model 1: (nama keluarga atau nama belakang pengarang tahun) ditulis di dalam
kurung sesudah rujukan.
Contoh: Partai yang perolehan
suaranya kurang dari satu persen disebut partai desimal (Haris 2006).
Model 2: nama
lengkap pengarang (tahun) ditulis sebelum rujukan.
Contoh: Syamsudin Haris (2001)
memberi terminologi “partai desimal” untuk partai yang perolehan suaranya
kurang dari satu persen.
b.
Jika referensi dikarang oleh dua orang atau lebih,
pengarang dipisahkan dengan tanda koma (,).
Contoh: Masalah militer dan
politik di Indonesia banyak dibahas oleh para ilmuwan politik asing (Crouch
1979, Jenkins 1986, Singh 1988, Sundhausen 1990), dengan pokok bahasan
dipetakan dalam berbagai perspektif hubungan sipil-militer di negara
berkembang.
c.
Jika referensi dua buku, beda tahun, sama pengarang, maka
tahun ditulis di dalam kurung dipisahkan dengan tanda koma (,).
Contoh: Menurut Harold Crouch
(1979, 1988), keterlibatan militer dalam politik disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal.
d.
Jika referensi dua buku, beda tahun, sama pengarang, plus
buku lain beda pengarang, maka pengarang dipisahkan dengan tanda titik koma (;).
Contoh: Masalah militer dan
politik di Indonesia banyak dibahas oleh para ilmuwan politik asing (Crouch
1979, 1988; Jenkins 1986; Singh 1988; Sundhausen 1990), dengan pokok bahasan
dipetakan dalam berbagai perspektif hubungan sipil-militer di negara
berkembang.
e.
Jika referensi berupa alamat website atau URL (Universal Resource Locator) pendek, maka URL pendek itu ditulis di dalam kurung tanpa hyperlink,
disertai tanggal diakses.
Contoh: Menurut Pemkab Kutai
Timur, Gerdabangagri adalah program peningkatan kualitas sumberdaya manusia,
perbaikan ekonomi, dan pertanian (www.kutaitimur.co.id, diakses
06 Juni 2007).
URL di atas tidak mengandung hyperlink (warna biru dan
garis bawah hilang), tidak dapat diklik/diakses langsung jika tidak dikopi
paste di browser dahulu.
f.
Running notes dapat muncul di dalam footnotes jika di
dalam footnotes juga terdapat referensi (lihat footnotes).
2.
Footnotes
Footnotes (catatan kaki) adalah catatan di kaki halaman
yang diketik dengan font 10 (lebih kecil daripada font teks utama). Penggunaannya
perlu dihindari jika hanya untuk mencantumkan referensi (sumber rujukan).
Footnotes hanya digunakan untuk memberikan keterangan yang amat sangat
diperlukan, dan penggunaannya cukup sampai dengan ibid,
Penulisan footnotes dilakukan dengan ketentuan di bawah
ini.
a.
Setiap kata/istilah/frase/kalimat/bagian di teks utama
yang akan difootnotes diakhiri superskrip
angka Arab tanpa kurung, dengan font 10, dan diawali nomor 1 per bab.
b.
Seluruh tubuh footnotes disajikan di kaki halaman,
sejajar dengan margin kiri, diawali superskrip
angka untuk nomor footnotes.
c.
Antarbaris maupun antarfootnotes digunakan spasi tunggal.
d.
Jarak tubuh footnotes dengan teks utama di atasnya minimal
3 spasi.
e.
Jika di tubuh footnotes juga terdapat referensi, maka
referensi tersebut disajikan dalam bentuk running
notes.
Berdasarkan tujuan si penulis, terdapat 4 jenis footnotes,
yakni: (a) footnotes berisi daftar lengkap rujukan, (b) footnotes berisi
penjelasan tambahan, (c) footnotes berisi penjelasan tambahan dan running
notes, dan (d) footnotes berisi URL
panjang.
a.
Footnotes yang Berisi Daftar Rujukan
Lengkap.
1) Segala macam gelar yang tercantum di depan atau di belakang nama penulis tidak
perlu distulis dalam footnotes.
![]() |
2) Jika nama penulis berasal dari Arab Klasik
dan Pertengahan yang dikenal melalui beberapa kata, cukup ditulis dengan satu
kata.
![]() |
3) Rujukan yang berupa terjemahan dari
bahasa asing ditulis judul terjemahannya diikuti
kata “terj.” (sebagai tanda terjemahan).
![]() |
4) Jika sebuah sumber dirujuk ulang tetapi
disela dengan sumber lain, maka rujukan ulang ditulis dengan menyebut nama
populer pengarang (jika nama Indonesia), dan nama akhir pengarang (jika nama
asing), diikuti beberapa kata dari judul, dan diakhiri nomor halaman. Sedangkan
cara lainnya sama.
![]() |
|||
![]() |
|||
5) Jika sumber kedua sama dengan sumber
pertama (tidak disela sumber lain)
tetapi beda nomor halaman, maka sumber kedua ditulis dengan kata Ibid
(koma), nomor halaman (titik), dan cukup dengan Ibid (titik) jika halamannya sama.
![]() |
6) Jika sumber berupa jurnal, maka nama
pangarang ditulis persis aslinya (koma), judul artikel (dalam tanda kutip cetak
miring) (koma), nama jurnal diikuti nomor (cetak miring), bulan dan tahun
terbit (di dalam kurung) (koma), nomor halaman (titik).
![]() |
|||
![]() |
|||
7) Jika sumber berupa artikel yang dimuat
dalam buku kumpulan artikel, penulisannya didahului nama penulis artikel
(koma), judul artikel (di dalam tanda kutip) (koma), kata dalam diikuti judul buku (cetak
miring) (koma), diikuti kata ed. (editor)
(titik) dan nama editor (koma), kota penerbitan: nama penerbit, tahun
terbitan (di dalam kurung) (koma),
diakhiri nomor halaman (titik).
![]() |
8) Rujukan dari Ensiklopedia ditulis nama
penulis entri (koma), judul entri (dalam
tanda kutip) (koma), judul ensiklopedia (koma), nomor volume (koma), kata ed. (editor jika ada) (titik), nama
editor, (kurung buka) nama kota (titik
dua) (spasi) nama penerbit (koma), tahun (kurung tutup) (koma), nomor halaman
(titik).
![]() |
9) Rujukan berupa skripsi, tesis, atau
disertasi (tidak diterbitkan) difootnotes dengan cara menuliskan nama penulis
(koma), judul (dalam tanda kutip) (koma), (kurung buka) nama jenis rujukan
(koma), nama PT (koma), tahun penulisan (kurung tutup) (koma), nomor halaman
(titik).
![]() |
10) Kutipan dari Al-Qur’an difootnotes
dengan cara menuliskan kata Al-Qur'an (koma), nomor surat (titik dua), nomor
ayat (titik). (Titik dua di antara nomor surat dan nomor ayat ditulis tanpa
spasi)
![]() |
11) Rujukan berupa sabda dan perbuatan Nabi
Muhammad saw. (hadis) harus diambil dari Kitab Hadis muktabar (terpandang), tidak dari Kitab Fiqih,
Akhlak, atau lainnya.
![]() |
12) Jika sumber ditulis, diedit, atau
diterjemahkan oleh dua orang, maka kedua orang tersebut ditulis semua. Tetapi
jika lebih dari dua orang, maka cukup dituliskan nama penulis, editor, atau
penerjemah pertama diikuti kata et.al. Cara lainnya sama.

13) Jika sumber tidak terlacak (kehilangan)
salah satu atau beberapa identitas, seperti tempat penerbitan, nama penerbit,
atau tahun terbit, maka identitas tersebut diganti dengan singkatan t.t (tanpa
tempat terbit), t.p. (tanpa penerbit), dan
t.t. (tanpa tahun terbit).
![]() |
b.
Contoh
Footnotes Berisi Penjelasan Tambahan tentang Sebuah Istilah/ Frase/Kalimat/Bagian/Sejenisnya
|
3.
Contoh
Footnotes yang Berisi Penjelasan Tambahan dan Running Notes
|
4.
Contoh
Footnotes yang Berisi URL Panjang
|
Footnotes URL panjang pada contoh
di atas ditulis tanpa hyperlink, tandanya
berwarna hitam dan tak bergaris bawah, sehingga tidak dapat diklik langsung.
Bandingkan dengan slinya di bawah ini.
³http://en.wikipedia.org/wiki/Democracy=Constitutional_monarcs_and_Upper_Chember
(diakses 15 April 2008).
D.
Penulisan
Kutipan
Menulis kutipan artinya
mengambil alih satu kalimat atau lebih dari karya tulis orang lain untuk tujuan
ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam tulisan sendiri. Pengambilalihan bahan
tersebut dapat dilakukan melalui kutipan langsung atau tidak langsung.
1.
Kutipan
Langsung
Kutipan langsung artinya
kutipan yang disajikan sama persis dengan teks asli dari sumber rujukan, tidak
ditambah/dikurangi. Sebaiknya, kutipan langsung digunakan hanya untuk
menyajikan pernyataan-pernyataan fenomenal
atau monumental dari tokoh atau karya
legendaris, sedangkan lainnya digunakan kutipan tidak langsung demi menghindari
parade pengutipan.
a.
Kutipan
langsung kurang dari 4 baris (kurang dari 40 kata)
Ditulis
di antara tanda kutip (“…”), terpadu dalam teks utama, disertai nomor halaman. Nama
pengarang dapat ditulis terpadu dengan teks utama (lihat Contoh 1). Dapat pula
ditulis menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam kurung (lihat Contoh
2). Jika di dalam kutipan juga terdapat kutipan, maka ditulis dengan tanda
kutip tunggal (lihat Contoh 3). Tahun dan nomor halaman diganti dengan tanggal
dan waktu diakses jika kutipan bersumber dari internet (lihat Contoh 4).
C 1
|
Ratnawati
(2006:148) menegaskan “hasil Pemilu 1999 dan Pemilu 2004 secara gamblang
menunjukkan bahwa PDIP leading di Kabupaten Bantul.”
|
C 2
|
Simpulan
dalam penelitian tersebut adalah “ada hubungan erat antara faktor sosial
ekonomi dengan kemajuan belajar” (Soebronto, 1990:123).
|
C 3
|
Soewignyo
(1991:101) menyimpulkan “ada kecenderungan semakin banyak ‘campur tangan’
pemimpin perusahaan, semakin rendah tingkat partisipasi karyawan di daerah
perkoataan.”
|
b.
Kutipan
langsung 4 baris (40 kata atau lebih)
Ditulis
tanpa tanda kutip, terpisah dari teks utama, menjorok ke dalam 1,2 cm membentuk
paragraf tersendiri, spasi tunggal, disertai tahun dan nomor halaman di dalam
kurung.
Nama
pengarang dapat ditulis terpadu dengan teks utama (lihat Contoh 1). Dapat pula
ditulis menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam kurung (lihat
Contoh 2).
Kutipan
dari referensi berbahasa asing ditulis dengan huruf miring (lihat Contoh 3).
Tahun
dan nomor halaman diganti dengan tanggal dan waktu diakses jika kutipan berasal
dari sumber oline (lihat
Contoh 4).
Contoh 1:
Pemilu
yang menggunakan sistem distrik, menurut Miriam Budihardjo (1992:4-5) terdapat
pembagian negara menjadi sejumlah distrik.
Negara dibagi dalam sejumlah
distrik pemilihan (kecil) yang kira-kira sama jumlah penduduknya. Jumlah
penduduk distrik berbeda di antara negara satu dan yang lain, misalnya di
Inggris kira-kira 500.000 orang, sedangkan India 1.000.000 orang. Satu distrik hanya berhak atas satu
wakil. Calon yang memperoleh pluralitas di distriknya maka dinyatakan menang.
|
Contoh 2:
Pemilu
yang menggunakan sistem distrik terdapat pembagian negara menjadi sejumlah
distrik.
Negara dibagi dalam sejumlah
distrik pemilihan (kecil) yang kira-kira sama jumlah penduduknya. Jumlah
penduduk distrik berbeda di antara negara satu dan yang lain, misalnya di
Inggris kira-kira 500.000 orang, sedangkan India 1.000.000 orang. Satu distrik hanya berhak atas satu
wakil. Calon yang memperoleh pluralitas di distriknya maka dinyatakan menang
(Miriam Budihardjo, 1992:4-5).
|
Contoh 3:
Berkenaan
dengan peradaban tersebut, Huntington (1996:303) mengemukakan batasan sebagai
berikut.
The overriding lesson of the history of civilization,
however, is that many things are probable but nothing isis inevitable.
Civilization can and have reformed and renewed themselves. The central issue
for the west is wether, quite apart from any external challenges, it is
capableof stoping and reversing the external processes of decay.
|
Contoh 4:
Di kalangan dosen, kondisi kegiatan tulis-menulis tidak jauh berbeda
dengan guru. Gede H. Cahyana, @ 3/31/2006, 05:47:00 PM, mengemukakan
apresiasi memprihatinkan.
Budaya riset memang belum
tumbuh bagus di kalangan dosen. Ini melanda mayoritas dosen. Walaupun
demikian, dalam kasus orang per orang, banyak juga dosen tuman
meriset. Sayangnya, riset dosen itu masih dalam taraf pemula. Jangankan di
PTS, apalagi kecil, di PTN terkenal pun budaya riset belum berkembang dengan
baik.
|
c.
Kutipan
langsung yang sebagian dihilangkan
Apabila di dalam kutipan langsung
terdapat kata-kata yang dibuang, maka kata-kata yang dibuang diganti dengan 3
titik jika berada di tengah kalimat (lihat Contoh 1), dan dengan 4 titik jika
di akhir kalimat (lihat Contoh 2). Sedangkan lainnya sama dengan poin 1a dan
1b.
C 1
|
“Semua
pihak yang terlibat pelaksanaan pendidikan di sekolah … diharapkan
melaksanakan kurikulum baru” (Manan, 2000:278).
|
C 2
|
Asim
(2002:315) mengemukakan batasan “gerak manipulatif adalah keterampilan yang
memerlukan koordinasi antara mata, tangan, atau bagian tubuh lain …. Manangkap
bola, menendang bola, dan menggambar termasuk gerak manipulatif.”
|
d.
Kutipan
langsung yang dikutip dari kutipan
Ditulis
dengan cara menyebut nama pengarang asli, di dalam kurung dituliskan kata dalam diikuti nama pengutip
pertama, tahun dikutip, dan boleh
disertai nomor halaman atau tidak.
Contoh:
Kilinger
(dalam Ary, 1982:282) memberikan batasan tentang penelitian ex post facto.
Penelitian
ex post facto adalah penyelidikan
empiris yang sistematis, tetapi
ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena
perwujudan variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut
pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi.
|
Cara ini bersifat darurat, yakni
jika sumber asli tidak dapat ditemukan. Cara ini sangat lemah, sebab tingkat
akurasi kutipan yang dikutip tidak dapat dipastikan. Selain itu, menimbulkan
kesan jalan pintas atau si penulis malas mencari rujukan. Oleh karena itu,
perlu dihindari.
2.
Kutipan
Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung artinya
kutipan yang disajikan dengan bahasa penulis (pengutip) sendiri. Ditulis tanpa
tanda kutip, terpadu dalam teks utama, spasi ganda Nama pengarang boleh terpadu dalam teks utama, boleh juga
menjadi satu dengan tahun terbit di dalam kurung. Nomor halaman tidak harus disebutkan.
Setidaknya ada 2 cara
menulis kutipan tidak langsung, yakni: (a) meringkas/menyimpulkan/merujuk
pokok-pokok pikiran, dan (b) memparafrase .
a.
Kutipan
tidak langsung berupa ringkasan/simpulan/pokok-pokok pikiran
Misalnya, seorang penyusun skripsi meringkas/merujuk
pokok-pokok pikiran Huntington tentang gelombang demokratisasi dalam bukunya
The Third Wave of Democeratization. Kutipannya sbb.:
Gelombang
demokratisasi di dunia dibagi menjadi tiga periode, yakni demokratisasi gelombang
I antara 1823-1926, demokratisasi gelombang II antara 1943-1962, dan
demokratsisasi gelombang III antara 1974-1990-an (Huntington 1991).
|
b.
Kutipan
tidak langsung berupa parafrase
Parafrase adalah pengungkapan
kembali dengan mengubah struktur kalimat asli menjadi kalimat lain tanpa
mengubah substansi.
Misalnya, tulisan asli Miriam Budihardjo, sbb.:
Pada
umumnya kita mengenal dua macam sistem pemilu, masing-masing dengan
variasinya. Dalam sistem distrik, satu wilayah (yaitu distrik pemilihan)
memilih satu wakil tunggal (single
member constituency) atas dasar pluralitas (suara terbanyak). Dalam
sistem proporsional, satu wilayah (yaitu daerah pemilihan) memilih bebe3rapa
wakil (multimember constituency),
yang jumlahnya ditentukan atas dasar rasio, misalnya 400.000 penduduk.
|
Hasil parafrase pengutip sbb.:
Sistem
distrik dan sistem proporsional adalah dua jenis sistem pemilu paling
popular, masing-masing memiliki variannya sendiri. Dalam sistem distrik,
jumlah pemenang yang akan menjadi wakil di departemen adalah satu orang,
sedangkan dalam sistem proporsional jumlah yang akan mewakili daerah ada
beberapa orang sesuai dengan proporsi perolehan suara (Budihardjo, 1982:4).
|
E.
Pencantuman
Referensi (Sumber Rujukan) dalam Kutipan
1.
Referensi
Sebelum dan Sesudah Kutipan
Jika referensi ditulis sebelum kutipan, maka tahun dan
nomor halaman ditulis di dalam kurung sesudah nama pengarang (lihat Contoh 1). Sebaliknya,
jika referensi ditulis sesudah kutipan, maka nama pengarang, tahun, dan nomor
halaman ditulis menjadi satu di dalam kurung (lihat Contoh 2).
Contoh 1: Sternberrg (1984:41) mengemukakan “In Piaget’s theory … dst.”
Contoh 2: Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa
ada hubungan erat antara faktor sosial ekonomi dan kemajuan belajar (Soebronto,
1990:123).
2.
Referensi
Dikarang Dua Orang
Kedua pengarang digabungkan dengan kata “dan” jika
ditulis sebelum kutipan, atau simbol “&” jika ditulis sesudah kutipan.
Contoh 1: Dalam pandangan Osborne dan Plastrik (2001),
birokrasi yang gemuk dan lamban perlu dipangkas demi efisiensi pelayanan.
Contoh 2: Birokrasi yang gemuk dan lamban perlu dipangkas
demi efisiensi pelayanan (Osborne & Plastrik 2001).
3.
Referensi
Dikarang Tiga Orang atau Lebih
Nama pengarang pertama disertai kode “et al.”. Tanda titik pada “et al.”
menandai singkatan dari kata “et ally” (dan kawan-kawan).
Contoh: Rozi et al. (2006:5) mengemukakan “gagalnya upaya-upaya penghentian
kekerasan atau beberapa kasus tampak ada indikasi ‘pembiaran’ oleh aktor-aktor negara.”
4.
Beberapa
Sumber Sama Pengarang dan Sama Tahun
maka penulisannya
cukup menambahkan huruf a, b, dst, di belakang tahun terbit.
Contoh: … (Bray, 1998a, 1998b).
5.
Referensi
Dikarang oleh Korporat/Lembaga/Organisasi dengan Nama Panjang
Penyebutan pertama ditulis lengkap disertai singkatan di
dalam kurung, selanjutnya cukup dengan singkatannya.
Contoh: United Nationals Economic and Social Commission for Asia and the
Pacific (UNIESCAP) memakai terminology “govermance” dalam beberapa konteks,
seperti corporate govermance, nasional govermance, dan local govermance
(UNESCAP, 2005).
6.
Sumber
Kutipan dari Majalah
Contoh: Peringkat universitas yang ada di Indonesia berada di bawah
dibandingkan dengan beberapa universitas lain di Asia. UI, misalnya, masuk
peringkat 395, sementara ITB dan UGM masing-masing peringkat 369 dan 60 (Tempo,
17 Februari 2008).
7.
Sumber
Kutipan dari Koran
Contoh: Sebagaimana terjadi di beberapa negara berkembang, di Indonesia
juga ditemukan banyak kasus korupsi yang terjadi atas nama pemberantasan
korupsi (Kompas, 11 Maret 2008).
8.
Sumber
Kutipan dari Ayat-ayat Al Qur’an dan Hadis
a.
Kutipan
ayat-ayat Al Qur’an harus diiambil langsung dari Kitab Al Qur’an (tidak dari
sumber lain), dan ditulis dengan huruf
Arab persis dengan aslinya, terpisah dari teks utama tanpa tanda kutip. Nama
surat, nomor surat, dan nomor ayat ditulis menjadi satu di dalam kurung setelah
kutipan.
b.
Kutipan
sabda dan perbuatan Nabi Muhammad saw. (hadis) harus diambil dari Kitab Hadis
muktabar (terpandang), tidak dari Kitab Fiqih, Akhlak, atau lainnya, dilengkapi
sanad
(sandaran hadis) serta rawinya
(orang yang meriwayatkan hadis), dan ditulis terpisah dari teks utama tanpa
tanda kutip.
9.
Sumber
Kutipan dari Online
a.
Nama penulis/organisasi/pemilik/nama website, tahun
publikasi, dan tanggal akses ditulis sebelum atau sesudah kutipan. Sedangkan
URL dicantumkan di Daftar Pustaka. Ketentuan lain sama dengan sumber dari buku
langsung/tidak langsung.
Contoh: 1) Schino
(2001, diakses 12 Juni 2007) … dst.
2) ... dst. (UNESCO 2006, diakses 17 Mei 2007) (ICG 2008, diakses 12
Maret 2008).
b.
Online tanpa tahun ditulis dengan tanda “n.d.” (no data).
Contoh: … (Anderson n.d., diakses 08 Maret 2007).
c.
Online tanpa nama dan tahun publikasi ditulis, sbb.:
1)
Jika URL pendek, cantumkan URL tanpa hyperlink dan tanggal diakses.
2)
Jika URL panjang, cantumkan URL tanpa hyperlink dan tanggal diakses pada footnotes, dengan font 10.
Contoh: (lihat C. 1. e. dan C. 2. b. 3)).
F.
Pengutipan
Hasil Wawancara (HW)
Hasil wawancara (HW) dapat
dikutip langsung (apa adanya) atau tidak langsung (hanya mengutip kata-kata
kunci) seperti pengutipan dari sumber cetak, Nama narasumber, kata “wawancara”,
dan tanggal wawancara ditulis di dalam kurung.
1.
Kutipan
HW langsung kurang dari 4 baris (kurang dari 40 kata).
Berkenaan
dengan pembalakan liar (illegal logging),
seorang tokoh masyarakat memberikan informasi faktual “kegiatan illegal logging di wilayah ini sudah
sangat parah, dan upaya pembasmiannya seperti menegakkan benang basah”
(Suparlan, wawancara, 21 Juli 2007). (3 baris 16 kata).
|
2.
Kutipan
HW langsung 4 baris atau lebih (40 kata atau lebih).
Berkenaan
dengan pembalakan liar (illegal logging),
seorang tokoh masyarakat memberikan informasi faktual sebagai berikut.
Kegiatan illegal logging di wilayah ini sudah sangat parah, dan upaya
pembasmiannya seperti menegakkan benang basah. Banyak pihak yang terlibat, mulai
oknum aparat sampai warga masyarakat sendiri. Semuanya punya alasan dan
logikanya sendiri mengapa mereka melakukan, mendukung, dan menutup mata.
Padahal, jika hutan menjadi tandus, apa kelak yang bisa diwariskan kepada
anak cucu (Suparlan, wawancara, 21 Juli 2007).
|
3.
Kutipan
HW tidak langsung dengan kata-kata kunci.
Kata-kata kunci dari narasumber
ditulis dengan tanda kutip menjadi satu dengan teks utama.
…. Namun
dalam pemilu yang baru saja usai, Partai X dikalahkan telak oleh Partai Y.
Menurut seorang tokoh masyarakat, partai ini bisa menang telak karena Y
melakukan “serangan fajar” dengan cara “membagibagikan uang” dalam jumlah
“yang tidak sedikit” (Anonim, 28 Februari 2008).
|
4.
Kutipan
HW tidak langsung dengan cara merujuk, meringkas, atau menyimpulkan ucapan
narasumber.
…, dalam
hal ini terdapat perbedaan. Sekretaris Desa, Budi Rahman, mengatakan bahwa
semua prosedur sudah dilakukan (wawancara, 12 Mei 2007), sementara itu
seorang tokoh masyarakat menjelaskan bahwa masih ada prosedur yang belum
ditempuh (Fadjar Susanto, wawancara, 12 Mei 2007).
|
5.
Kutipan
HW tidak langsung dengan merujuk, meringkas, atau menyimpulkan ucapan
narasumber yang isinya sama (demi menghindari repetisi).
Berkenaan
dengan masalah tersebut, Sekretaris Desa, Budi Rahman, mengatakan bahwa semua
prosedur sudah dilakukan (wawancara, 12 Mei 2007). Hal senada juga
diungkapkan Kepala LPM (wawancara, 15 Mei 2007), Ketua Kadarkum (wawancara,
24 Juni 2007), dan Ketua PKK (wawancara, 05 Juli 2008).
|
G.
Penulisan
Rujukan Hasil Komunikasi Personal
Komunikasi personal artinya dilakukan dengan narasumber
secara pribadi (personal), tetapi bukan wawancara terstruktur atau
semiterstruktur. Misalnya: percakapan, surat-menyurat, email, telepon, dll.. Sumber
rujukan narasumber cukup dicantumkan di teks utama (tidak dicantumkan di daftar
pustaka). Kata “komunikasi personal” dan tanggal komunikasi ditulis di dalam
kurung.
Sebenarnya, di desa yang
kelihatan damai, tenteram, dan sejuk ini, situasinya seperti bara dalam sekam,
berpotensi terjadi konflik frontal. Menurut seorang tokoh masyarakat,
Budiarso, konflik terpendam ini sudah terjadi sejak lama (komunikasi
personal, 12 Maret 2008). Narasumber lain menjelaskan, pemicunya adalah
persaingan pribadi antarcalon Kepala Desa (Anonim, komunikasi personal, 27
Mei 2008. Hal ini dikonfirmasi seorang peneliti Italia yang sudah lama
tinggal di desa itu (Jenny Eghenter, komunikasi personal, 03 Mei 2008).
|
H.
Transliterasi
Arab-Indonesia
Transliterasi Arab-Indonesia
didasarkan pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Mendikbud Republik
Indonesia, tanggal 22 Jauari 1988.
Arab
|
Latin
|
Arab
|
Latin
|
Arab
|
Latin
|
ا
|
`
|
ز
|
z
|
ق
|
q
|
ب
|
b
|
س
|
s
|
ك
|
k
|
ت
|
t
|
ش
|
sy
|
ل
|
l
|
ث
|
ts
|
ص
|
sh
|
م
|
m
|
ج
|
j
|
ض
|
d
|
ن
|
n
|
ح
|
h
|
ط
|
t
|
و
|
w
|
خ
|
kh
|
ظ
|
z
|
ه
|
h
|
د
|
d
|
ع
|
‘
|
ء
|
‘
|
ذ
|
ż
|
غ
|
g
|
ي
|
y
|
ر
|
r
|
ف
|
f
|
|
|
Catatan:
1. Konsonan yang bersyaddah ditulis rangkap
Contoh: ربـنـا ditulis rabbanâ.
2.
Vokal panjang (mad);
Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris di bawah) di tulis î, serta dammah (baris di depan) ditulis û.
Contoh: الـقـارعـة ditulis al-qâri‘ah, المــسـاكـيـن ditulis al-masâkîn,
الـمـفـلحون ditulis al-muflihûn
3.
Kata sandang alif + lam (ال)
Jika diikuti huruf qamariyah ditulis al
Contoh: الـكافـرون ditulis al-kâfirûn.
Jika diikuti huruf syamsiyah, maka huruf lam diganti
huruf yang mengikuti.
Contoh: الـرجـال ditulis ar-rijâl.
4.
Ta’ marbûthah ( ة).
Jika di akhir kalimat ditulis h.
Contoh: الـبـقـرة ditulis al-baqarah
Jika di tengah kalimat ditulis t.
Contoh: زكاة الـمـالditulis zakât al-mâl,
atau سـورة
النـسـاء ditulis sûrat
al-Nisâ`.
5.
Penulisan lafal kata dalam
kalimat dilakukan menurut ejaan atau tulisannya.
Contoh: وهـو خـيـرازقــين ditulis wa huwa khair ar-Râziqîn.
I.
Penyajian
Tabel dan Gambar
1.
Penyajian
Tabel
Penabelan
merupakan salah satu sistem penyajian data statistik dalam bentuk kolom-kolom
dan lajur, sesuai klasifikasi masalah, dengan tujuan membantu kemudahan dan kecepatan
pembaca memahami atau menafsirkan data. Tabel yang baik harus sederhana dan
tidak memuat banyak ide. Jika ide terlalu banyak lebih baik disajikan dalam
beberapa tabel. Tabel besar yang lebih dari setengah halaman dimuat di halaman
tersendiri. Berikut ini teknik dan contoh penyajian tabel.
a.
Kata “Tabel”
tanpa titik ditulis di tepi kiri teks, diikuti nomor urut tabel dengan angka
Arab, dimulai nomor 1 per bab (misalnya 3.1).
b.
Di belakang angka tabel dituliskan judul tabel, per kata
diawali huruf kapital kecuali kata penghubung, tidak diakhiri tanda titik.
c.
Jika judul lebih dari satu baris, maka baris kedua dst.
ditulis sejajar dengan awal judul, spasi tunggal.
d.
Teks sebelum dan sesudah tabel dijaraki 3 spasi.
e.
Garis paling atas pada tabel dibuat 3 spasi di bawah
judul tabel.
f.
Kolom kepala (heading)
dan deskripsi ukuran atau unit data harus ditulis.
g.
Istilah-istilah ditulis dalam bentuk singkatan atau
lambang.
h.
Data dalam tabel ditulis dengan spasi tunggal.
i.
Garis horisontal hanya tiga, yakni di bagian atas, heading, dan bawah. Garis horizontal
lain dibuat jika dipandang sangat perlu untuk pembacaan tabel.
j.
Garis vertikal kiri, tengah, dan kanan tabel tidak
diperlukan.
k.
Jika tabel berupa kutipan dari suatu sumber, maka 3 spasi
di bawah tabel dicantumkan nama akhir penulis sumber, tahun publikasi, dan
nomor halaman.
l.
Catatan kaki tabel ditulis 2 spasi di bawah sumber tabel,
bukan di kaki halaman.
m.
Jika butir data dalam tabel akan diberi penjelasan, di
belakang butir data itu ditandai superskrip
bintang dengan jumlah sesuai urutan, diakhiri tanda kurung. Sedangkan
penjelasannya ditulis 2 sapsi di bawah catatan kaki tabel.
Contoh:
Tabel 3.1 Keterlibatan
Lulusan Kegiatan Seminar, Diklat Jabatan, Lokakarya, Kursus, dan Kegiatan Lain
dalam Program-program Pengembangan Staf
Kegiatan
|
Peranan
Lulusan
|
Relevansi
|
|||||
P
|
Pb
|
Pan
|
Pl
|
R
|
TSR
|
TR
|
|
%
|
%
|
%
|
%
|
%
|
%
|
%
|
|
Seminar
(90,0%)*)
|
57,8
|
65,6
|
40,0
|
31,1
|
46,1
|
51,9
|
Ttd
|
Diklat
Jabatan (78,9%)
|
3,3
|
21,1
|
50,0
|
31,1
|
57,6
|
28,8
|
10,0**)
|
Lokakarya
(70,0%)
|
34,4
|
34,4
|
22,2
|
8,9
|
53,3
|
40,7
|
Ttd
|
Kursus
(38,9%)
|
6,7
|
6,7
|
5,5
|
Ttd
|
66,7
|
27,8
|
Ttd
|
Kegiatan
Lain (13,3%)
|
14,4
|
24,4
|
14,4
|
6,4
|
Ttd
|
3,1
|
Ttd
|
Catatan:
|
P
|
=
|
Peserta
|
R
|
=
|
Relevan
|
|
Pb
|
=
|
Pembicara
|
TSR
|
=
|
Tidak
selalu relevan
|
|
Pan
|
=
|
Panitia
|
TR
|
=
|
Tidak
relevan
|
|
Pl
|
=
|
Peran lain
|
Ttd
|
=
|
Tidak
tersedia data
|
*) Angka-angka dalam kurung menunjukkan
persentase lulusan yang memberikan jawaban.
**) Sejumlah 10% peserta menyatakan tidak relevan
dengan bidang keahliannya. Alasan mereka yakni kadang-kadang kuliah yang
diberikan sangat berbeda dengan bidang keahlian baru yang diperoleh pada
pendidikan di luar negeri.
2.
Penyajian
Gambar
Istilah gambar mengacu pada foto,
grafik, chart, peta, diagram, bagan, sketsa, dan gambar lain. Gambar dapat
menyajikan visualisasi data untuk memudahkan pemahaman pembaca. Gambar tidak
hanya untuk membangun deskripsi, tetapi dapat juga untuk menekankan
signifikansi hubungan. Selain itu, dapat dipakai untuk menyajikan data
statistik berbentuk grafik.
Ketentuan penyajian gambar,
sbb.:
a.
Bahwa akan ada gambar harus dirujuk sebelum gambar
ditampilkan.
b.
Judul gambar ditempatkan di bawah gambar, bukan di
atas gambar. Penulisannya sama dengan penulisan judul tabel.
c.
Gambar harus sederhana, ide jelas, dapat dipahami tanpa
penjelasan tekstual.
d.
Digunakan secara hemat agar tidak mengurangi nilai
penyajian.
e.
Gambar harus ditempatkan di halaman tersendiri jika makan
lebih dari setengah halaman..
f.
Gambar dinomori dengan angka Arab seperti penomoran
tabel.
g.
Gambar dirujuk dengan menyebut angkanya, bukan dengan
kata “gambar di atas” atau “gambar di bawah”.
Contoh:
![]() |

J.
Penulisan
Daftar Pustaka (Daftar Rujukan/Referensi)
Daftar pustaka adalah daftar
buku atau sumber bahan atau referensi yang isinya dirujuk di dalam teks utama. Walaupun
dibaca, jika tidak dirujuk, maka sumber bahan tidak perlu dimuat di dalam
daftar pustaka. Penulisan daftar pustaka bermacam-macam, tergantung jenis
sumbernya.
1.
Sumber dari Buku
Semua sumber dari buku atau
sumber cetak lain dan sumber dari perpustakaan elektronik didahulukan daripada sumber dari
internet, dengan urutan berdasarkan abjad nama pengarang.
a.
Diawali dengan nama pengarang
(tanpa gelar akademik) (titik), diikuti tahun penerbitan (titik), judul
(termasuk subjudul) cetak miring (titik), kota penerbitan (titik dua), (spasi)
nama penerbit (titik).
b.
Jika nama pengarang dua kata
atau lebih, ditulis nama akhir (koma), (spasi) diikuti nama awal (titik). Nama
awal disingkat atau tidak, tetapi konsisten.
c.
Daftar pustaka ditulis dengan
spasi tunggal, kecuali jarak antarjudul spasi ganda. Jika sebaris tidak cukup,
baris berikutnya ditulis menjorok 1,2 cm.
d.
Jika beberapa buku sama
pengarang dan sama tahun, penulisan tahun diikuti huruf a, b, dst., disusun
menurut abjad awal judul buku (lihat Contoh 2).
Contoh
1
|
Yamin, H.M. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung
Persada Press.
|
Contoh 2
|
Marzuki, M.S. 2009a. Pendidikan Nonformal Bukan Residu. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNM.
Marzuki, M.S. 2009b. Permainan Simulasi di Indonesia, Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNM.
|
2.
Sumber dari Buku Lebih dari Satu Jilid
Pengarang, tahun, kata jilid
atau volume ditulis di dalam kurung setelah judul, tempat penerbitan:
nama penerbit.
Cahyono, C.H. 2006. Ensiklopedia Politik (volume 3). Surabaya: Usaha Nasional.
|
3.
Sumber dari Buku Tidak Diketahui Pengarangnya
Diawali dengan judul (titik), tahun (titik),
berikutnya sama.
Longman Dictionary of the
English Language. 1984. Harlow, Essex:
Longman.
|
4.
Sumber dari Buku (Ada Editornya)
Judul buku diikuti nama editor
di dalam kurung, dengan kode Ed. jika
ediktor tunggal, dan Eds. jika jamak.
Marzuki, M.S. 2009. Dimensi-dimensi Pendidikan Nonformal (M.G. Waseso, Ed.). Malang:
Fakultas Ilmu Pendidikan UNM Malang.
Poerbakawatja,
Soegarda dan Sudarno. 1976. Ensiklopedi
Pendidikan (Rusyan, Yus dan Samsuri, Eds.). Jakarta: Gunung Agung.
|
5.
Sumber dari Buku Berisi Kumpulan Artikel (Ada Editornya)
Nama editor tidak ditulis,
cukup nama pengarang diikuti kode (Ed.) jika ediktor tunggal, dan (Eds.)
Lainnya sama dengan penulisan sumber dari buku.
Soelaiman, D.A. (Ed.). 2003. Warisan Budaya Melayu Aceh. Banda Aceh: Pusat Studi Melayu-Aceh
(PUSMA).
Latheridge, S. dan Cannon, C.R. (Eds.). 1980. Bilingual
Education. New York: Praeger.
|
6.
Sumber dari Buku Perpustakaan Elektronik
Nama penulis (titik), tahun
(titik), judul cetak miring (titik), kota (titik dua) (spasi) nama penerbit
(titik), kata “Dari” diikuti nama perpustakaan (koma), (Online) (koma), alamat
web tanpa hyperlink di dalam kurung
(koma), tanggal akses.
Dealey, C. 1999. The Care of Wounds: A Guide for Nurses. Oxford: Blackwell Science.
Dari NetLibrary, (Online), (http://www.netlibrary.com), diakses
24 Agustus 2007.
|
7.
Sumber dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel (Ada Editornya)
Penulis artikel (titik), tahun
(titik), judul artikel (cetak tegak) (titik), Kata “Dalam” diikuti penulis
buku kumpulan dengan kode (Ed.) atau (Eds.) (koma), judul buku (cetak miring)
diikuti halaman di dalam kurung (titik). Lainnya sama.
Sternberg, R.J. dan Lubart, T.L. 2002. The Concept
of Creativity: Prospects and Paradigmas. Dalam R.J. Sternberg (Ed.), Handbook of Creativity (hlm. 27-39).
New York: Cambridge Unv. Press.
Margono. 2007. Manajemen Jurnal Ilmiah. Dalam M.G.
Waseso & A. Saukah (Eds.). Menerbitkan
Jurnal Ilmiah (hlm. 41-59). Malang: Penerbit UN Malang.
|
8.
Sumber dari Artikel di Jurnal Cetak
Nama (titik), tahun (titik),
judul artikel cetak tegak (titik), nama jurnal cetak miring (koma),
tahun/jilid/volume diikuti nomor terbit (dalam kurung) (titik dua), (spasi) nomor
halaman (titik).
Wiyono, M. 2009. Profesionalisme dosen dalam
Program Penjaminan Mutu. Jurnal Ilmu Pendidikan, 16 (1): 51-58.
|
9.
Sumber dari Artikel di Internet Berbasis Jurnal Cetak
Seperti artikel di jurnal
cetak, tetapi di antara nama jurnal dan volume/nomor terbitan dituliskan kata
(Online). Dan alamat situs tanpa hyperlink
ditulis di antara volume dan tanggal akses.
Mappiare-AT, A, Ibrahim, A.S. dan Sudjiono. 2009.
Budaya Konsumsi Remaja-Pelajar di Tiga Kota Metropolitan Pantai Indonesia. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), 16
(1): 12-21, (http://www.um.ac.id),
diakses 25 Desember 2009.
|
10.
Sumber dari Artikel di Jurnal Elektronik (Noncetak)
Sama dengan poin 9, tetapi
volume dan nomor terbitan tanpa halaman ditulis sesudah nama jurnal.
DeMarie, D. 2001. A Trip to the Zoo: Children’s
Words and Photographs. Early Childhood Researh and Practice, 3 (1), (Online),
(http://ecrp.uiuc.edu/v3n1/demarie.html),
diakses 30 Agustus 2001.
|
11.
Sumber dari Artikel di Jurnal dalam CD-ROM
Sama dengan sumber dari artikel
di jurnal cetak, ditambah CD-ROM-nya di dalam kurung.
Krasen, S., Long, M. dan Scarcella, R. 1979. Age,
Rate, and Evantual Attainment in Second Language Acquistion. TESOL Quarterly, 13:573-582 (CD-ROM: TESOL Quarterly-Digital, 1997).
|
12.
Sumber dari Artikel di Majalah atau Koran
Nama. Tahun. Judul artikel
cetak tegak. Nama majalah/koran dicetak miring, volume (nomor terbitan):
halaman. Untuk koran tidak perlu volume.
Suryadarma, S.V.C. 1990. Procesor dan Intervace:
Komunikasi Data. Info Komputer, IV
(4): 46-48.
Catur, S. 14 Juli 2010. HKTI dalam Sandra Parpol. Jawa Pos, hlm. 4.
|
13.
Sumber dari Koran Tanpa Penulis
Kompas. 23 Januari 2004. Ijazah Penyetaraan Paket C Rawan Manipulasi, hlm. 12.
|
14.
Sumber dari Dokumen Resmi Pemerintah Diterbitkan Tanpa
Penulis dan Lembaga
Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
|
15.
Sumber dari Dokumen Resmi Pemerintah di Internet
Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (Online), (http:www.jdih.bpk.go.id),
diakses 25 September 2008.
|
16.
Sumber dari Lembaga Ditulis Atas Nama Lembaga
Nama lembaga penanggung jawab (titik),
tahun (titik), judul dicetak miring (titik), kota penerbitan (titik
dua), nama lembaga tertinggi penanggung jawab penerbitan (titik).
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Depdikbud.
Dirjen Kelembagaan Islam. 2002. Pedoman Pondok
Pesantren. Jakarta: Departemen Agama RI.
|
17.
Sumber dari Lembaga Ditulis oleh Satu atau Beberapa Orang
Atas Nama Lembaga tersebut
Suwahyono, N. et al. 2002. Pedoman Penampilan Majalah Indonesia. Jakarta: PD II-LIPI.
|
18.
Sumber dari Karya Terjemahan
Gillies, D.A. 1989. Manajemen Keperawatan Suatu
Pendekatan Sistem. Terjemahan Sukmana, Dika. 1996. Jakarta: EGC.
Cochran, W.G. Tanpa tahun. Teknik Penarikan Sampel. Terjemahan Rudiansyah. 2005. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
|
19.
Sumber dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Penyusun (titik), tahun (titik),
judul dicetak miring (titik), dituliskan “Skripsi/Tesis/Disertasi tidak
diterbitkan” (titik), kota tempat PT (titik dua), nama fakultas
dan nama PT (titik).
Subandi. 2005. Pengaruh Pembelajaran
Kolaboratif dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri
Kabupaten Ponorogo. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: PPs UNIPA
Surabaya.
|
20.
Sumber dari Makalah yang Disajikan dalam Forum Seminar,
Penataran/Workshop, atau Lokakarya
Nama. Tahun. Judul cetak
miring. Makalah disajikan dalam ... (nama forum), lembaga penyelenggara,
tempat, tanggal, bulan.
Suwono, H. 2005. Survei Implementasi Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Sains
Sekolah dasar di Kota Batu. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
Biologi dan Pembelajarannya, Jurusan Biologi FMIPA UM, Malang, 03 Desember.
|
21.
Sumber dari Makalah yang Diseminarkan dan Dimuat di
Internet
Sama dengan nomor 20, ditambah
dengan situs pemuat dan alamat tanpa hyperlink
dan tanggal diakses.
Schafer, M dan Moody, M. 2003. Designing Accountability Assessment for
Teaching. Makalah disajikan dalam The Annual Meeting of the Nasional
Council on Measurement in Education, Chicago, 22 April. Dalam Eric database,
(Online), (http://www.erics),
diakses 03 Mei 2005.
|
22.
Sumber dari Internet Berupa Karya Individual
Pengarang/penyunting. Tahun.
Judul (edisi) cetak miring, (jenis
media), alamat di internet tanpa hyperlink, tanggal diakses.
Noor, I.H.M. 2006. Model Pelatihan Guru dalam Menerapkan Kurikulum Bahasa Inggris,
(Online), (http://www.depdiknas.go.id/
jurnal.30/ modelpelatihangurudalam_menara.html), diakses 14 Mei
2006.
|
23.
Sumber dari Internet Berupa Bahan Diskusi
Pengarang/penyunting. Tanggal
bulan tahun. Topik diskusi. Nama diskusi cetak miring, (jenis media), alamat di
internet tanpa hyperlink, tanggal
diakses.
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing
Internet Sites. NETTRAIN Discussion
List, (Online), (NETTRAIN@ubvm.cc.
buffalo.edu), diakses 22 November 1995.
|
24.
Sumber dari Internet Berupa E-mail Pribadi
Nama pengirim (jika ada). Alamat e-mail pengirim
dalam kurung. Tanggal bulan tahun. Topik/isi bahan cetak miring. E-mail kepada
nama disertai alamat e-mail tanpa hyperlink
di dalam kurung.
Davis, A. (a.davis@awts.edu.au).
10 Juni 1996. Learning to Use Web
Authoring Tools. E-mail kepada Alison Hunter (huntera@usq. edu.au).
|
25.
Sumber Berupa Artikel dari Jurnal dalam Kumpulan Artikel
di Internet
Nama pengarang, tahun, judul artikel, nama jurnal
cetak miring, volume, halaman, (Online), alamat situs tanpa hyperlink di dalam kurung, tanggal
diakses.
Brimi, H. 2009. Academic Instructors or Moral
Guides? Moral Education in America and the Theacher’s Dilemma. The Clearing House, 82 (3): hlm. 125,
(Online), dalam ProQuest (http://proquest.umi.com/pqdwb?did= 1611601091&sid=4&Fmt=3
|
26.
Sumber Berupa Catatan Kuliah yang Dimuat di Internet
Nama pengajar, tahun, kode matakuliah: nama
matakuliah, nomor pertemuan cetak miring, (Online), alamat situs di dalam
kurung, tanggal diakses.
Bond, T. 2004. ED1401: Childhood and Adolescence, Catatan Minggu ke-12, (Online), (http://learnjcu2004.jcu.edu.au),
diakses 23 Februari 2005.
|
27.
Sumber Berupa Surat Elektronik Ditujukan kepada Kelompok
Nama penulis surat, tanggal bulan tahun, judul pesan
cetak miring. Pesan disampaikan kepada kelompok, alamat situs di dalam kurung,
tanggal diakses.
Smith, M. 11 Maret 2001. Northen and Italian Rendissance. Pesan disampaikan kepada
kelompok (http://groups.google.com/groups/humanities.misc/
message13), 11 Maret 2001.
|
28.
Sumber Berupa Karya Audio/Visual/Audiovisual
Nama pencipta, tahun, judul album cetak miring,
bentuk produk di dalam kurung, kota tempat produsen,
Dewa. 2004. Laskar
Cinta, (Kaset rekaman). Jakarta: Ahmad Dhani Production-PT Aquarius
Musikindoreg.
|
K.
Penjilidan
v Skripsi dijilid dengan karton tebal, sedangkan
makalah diatur oleh pemberi tugas.
v Di punggung skripsi dituliskan nama penulis dan
judulnya.
v Jumlah jilidan disesuaikan.
v Sampul luar dicetak dengan tinta kuning emas di atas
dasar kertas kulit atau kain linen, warna disesuaikan.
v Sampul luar yang berdasar kertas kulit hendaknya
dilapis (pres) plastik.
L.
Petunjuk Praktis
v Beri jarak 3 spasi antartabel atau gambar sebelum
dan sesudah teks.
v Judul tabel atau judul gambar harus menjadi satu
dengan tabel/gambarnya.
v Tepi kanan teks tidak harus rata.
v Nomor halaman ditempatkan di kanan atas, kecuali
halaman pertama per bab dan halaman bagian awal di tengah bawah.
v Semua nama pengarang dalam Daftar Pustaka harus
ditulis walaupun beberapa karya sama pengarang.
v Daftar Pustaka hanya berisi sumber yang dirujuk
dalam teks, dan semuanya harus ditulis di Daftar Pustaka.
v Daftar Pustaka hanya ditempatkan di halaman setelah
bab terakhir dan sebelum lampiran-lampiran.
M.
Hal-hal yang Tidak Boleh Dilakukan
v Mengosongkan halaman bagian bawah, kecuali akhir
suatu halaman.
v Memotong tabel menjadi dua bagian (halaman) jika
dapat disatu halaman.
v Memberi garis vertikal antarkolom jika tidak
terpaksa.
v Memberi tanda apa pun sebagai tanda berakhirnya
suatu bab.
v Menempatkan sub-bab di akhir halaman (kaki halaman).
v Menambahkan spasi antarkata dalam satu baris untuk
meratakan tepi kanan.
v Menempatkan Daftar Pustaka di kaki halaman.